BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Australia adalah
satu-satunya benua di dunia yang hanya terdiri dari satu buah negara, yang juga
disebut dengan Australia. Meski demikian, Australia memiliki 6 negara bagian
serta 2 wilayah daratan (territori) yang mulai dikonstitusikan pada tanggal 1
Januari 1901. Keenam negara bagian tersebut antara lain adalah New South Wales
(Ibukota: Sydney), Victoria (Ibukota: Melbourne), Queensland (Ibukota:
Brisbane), Australia Selatan (Ibukota: Adelaide), Australia Barat (Ibukota:
Perth), dan Tasmania (Ibukota: Hobart). Sedangkan kedua territornya adalah
Northern Territory dan Australian Capital Territory. Ibukota negara Australia
sendiri adalah Canberra.
Negara bagian
dikepalai oleh seorang gubernur, sedangkan teritori dikepalai oleh seorang
administrator. Pemerintah pusat memiliki wewenang yang lebih banyak pada sebuah
teritori bila dibandingkan dengan pada negara bagian.
Australia dikenal
oleh dunia sebagai tempat yang nyaman dan sehat untuk ditinggali. Penduduk di
Australia ramah, udaranya bersih, lingkungan aman, fasilitas transportasi yang
bagus, serta tunjangan pendidikan dan kesehatan berkleas internasional membuat
Australia menjadi tempat yang bagus untuk ditinggali. Beberapa kota seperti
Sydney, Melborune, Perth, dan Adelaide merupakan kota-kota yang bagus dan
nyaman.
Pendidikan di
Australia juga sangat bagus. Di tempat ini, Australia konon memiliki kualitas
pendidikan yang tinggi, dan bahkan gelar atau ijasahnya pun diakui secara
internasional. Selain itu, biaya pendidikan di Australia tergolong murah dan
terjangkau bila dibandingkan dengan Inggris atau Amerika, bahkan pemerintah
memberikan ijin bagi mahasiswa yang berasal dari luar Australia untuk bekerja
baik fulltime maupun partime untuk memenuhi biaya pendidikan mereka. Australia
juga menawarkan program studi yang sangat bervariasi, baik jurusan maupun
jenjangnya. Hal ini mempermudah siswa dalam mencari sekolah yang sesuai dengan
keinginannya.
Dengan begitu
banyaknya kelebihan Australia di bidang pendidikan, maka ada baiknya Indonesia
sedikit berkaca dari sistem pendidikan di Australia itu sendiri. Maka dari
itulah, penyusun ingin membandingkan sistem pendidikan di Australia dan
Indonesia, agar dapat diambil manfaat yang baik untuk kemajuan bangsa
Indonesia.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimanakah Sejarah Negara
Australia?
2. Bagaimanakah Sistem Pendidikan
Negara Australia?
3. Bagaimanakah Perbandingan
Pendidikan Australia dan Indonesia?
BAB II
PEMBAHASAN
A. Sejarah Negara Australia
Australia Sebelum Abad ke 20, memulai peradapannya sejak zaman es
terakhir,berpenduduk asli Aborigin, sejak bangsa Eropa mulai menjelajahi
Australia sejak abad 16, kemudian para navigator Portugis, diikuti penjelajah
Belanda dan pengusaha dan bajak lautWilliam Dampier, James Cook di
tahun 1770, lalu mereka mengklaim benua ini untuk Inggris dan dinamai New
South Wales. Di tahun 1779, Inggris memindahkan para nara pidana keNew
South Wales, sejak itulah banyak penduduk Aborigin tersinggir dari tanah
airnya sendiri.apalagi ketika penemuan tambang emas di tahun 1850, yang
mendorong pertumbuhan ekonomi dan mengubah struktur sosial di koloni, lebih
dari 300.000 orang Aborigin tersingkir jauh kepedalaman, yang sering disebut“the
bush”
Australia Abad ke Dua Puluh Setelah Perang Dunia
II, datanglah arus imigrasi dari eropa, yang memberikan sumbangsih menhidupkan
budaya dan memperluas wawasan pandangan Australia, banyaknya permintaan yang
tinggi terhadap bahan baku mentah, dan wajib militer terhadap para pemuda Australia
di perang Korea dan Vietnam, oleh kerusuhan akibat wajib militer inilah
pemerintahan Gough Whitlammenarik pasukan dari Vietnam dan
menghapuskan biaya pendidikan dan kesehatan serta membebaskan biaya tanah bagi
masyarakat Aborigin.
Australia masa kini , Saat ini Australia makin maju dan menjadi sebuah
negara industri yang demokratis, Australia adalah negara persemakmur
(Commonwealth) dengan luas wilayah 7.792.000 dan
ibu kota negara Canberra jauh lebih luas dibanding daratan Indonesia yang
hanya 1.906.240, Australia
senantiasa mendapatkan manfaat dari dimensi multibudaya sebagai salah satu
negara yang paling beragam di dunia dengan memiliki kekayaan, gagasan, pikiran,
citrarasa serta gaya hidup, banyak orang Australia yang lahir di negara asing
seperti Italia, Yunani, Selandia Baru, Inggris, Cina, Vietnam, Afrika, dan
Indonesia.
Kebudayaan
Australia, Australia adalah masyarakat multikultural yang sukses, modern dan sejahtera.
Australia merupakan salah satu bangsa dengan kebudayaan paling beragam di
dunia. Kesetaraan, toleransi, kehormatan, kebebasan berbicara dan beragama
dijunjung tinggi. Orang-orang Australia ramah dan terbuka, serta menikmati gaya
hidup informal di alam terbuka.[1]
Bahasa, Bahasa Inggris adalah bahasa nasional
Australia. Aksen Australia mudah dimengerti. Beberapa orang mempersingkat kata
dan menggunakan ungkapan informal. Anda akan mendengarkan bahasa-bahasa lain
yang diucapkan di komunitas (khususnya Melbourne), termasuk bahasa Kanton,
Vietnam, Arab, Mandarin, Italia, dan Yunani.
Bergaya santai, Di Australia, orang-orang umumnya
memanggil dengan nama pertama di antara teman dan di tempat kerja. Akan tetapi
jarak pribadi dihargai, jadi bila Anda menabrak seseorang, katakan ‘sorry’
(maaf); bila Anda ingin mendapatkan perhatian seseorang, katakan ‘excuse me’(permisi).
Orang-orang akan senang membantu Anda bila Anda menambahkan kata ‘please’
(tolong) ketika meminta informasi, petunjuk atau pelayanan, kemudian ‘thank
you’ (terima kasih) ketika Anda mendapatkan bantuan. Orang Australia mungkin
menjawab ucapan terima kasih Anda dengan ‘no worries’ (tidak apa-apa),
dibandingkan ucapan yang lebih formal seperti ‘it’s a pleasure’ (senang
membantu Anda) atau 'you are welcome’ (sama-sama).
Outback, biasanya mengacu pada daerah padang pasir yang luas
dan terpencil di Australia. Outback tidak hanya penting karena
pertaniannya, tapi juga memberikan pengaruh kuat pada seni dan identitas
kebanyakan warga Australia.
Hari libur dan perayaan Negara Australia Sebagai
Berikut:
1. Hari
Natal jatuh
pada tanggal 25 Desember sewaktu musim panas. Banyak kantor tutup sampai Tahun
Baru. Umat Kristiani merayakan kelahiran Yesus Kristus pada hari ini. Natal
adalah saat untuk merayakan, berpesta dan memberikan hadiah kepada keluarga dan
teman-teman. Anda tidak harus menjadi seorang Kristiani untuk mengikuti tradisi
ini.
2. Australia Day jatuh pada tanggal 26 Januari dan memperingati tanggal
ketika orang Eropa pertama kali menetap di Australia. Upacara kewarganegaraan
diadakan dan penghargaan serta penghormatan diberikan. Banyak acara komunitas
yang merayakan keragaman budaya dan ada pesta kembang api pada malam hari. Anda
mungkin melihat warga lokal dengan bendera Australia.
3. Paskah jatuh pada bulan Maret atau
April. Umat Kristiani memperingati wafat dan kebangkitan Yesus Kristus pada
hari Paskah. Roti hangat berbentuk salib biasanya dikonsumsi pada hari Jumat
Agung. Pada hari Minggu Paskah, orang-orang berbagi telur Paskah.
4. Anzac
Day, 25 April,
memperingati hari ketika Korps Angkatan Darat Australia dan Selandia Baru
mendarat di Gallipoli, Turki pada tahun 1915. Warga Australia mengenang mereka
yang bertempur untuk Australia dan gugur di medan perang. Para veteran
perang dan keluarga mereka menghadiri upacara peringatan pada dini hari
kemudian bergabung dalam parade damai.
5. Pekan
Rekonsiliasi Nasional dimulai pada tanggal 27 Mei. Pekan tersebut merayakan budaya, sejarah
dan kontribusi kaum Aborijin dan Penduduk Kepulauan Selat Torres. 27 Mei
menandakan perayaan Referendum 1967 ketika warga Australia memilih untuk
mengikutsertakan orang Pribumi Australia dalam sensus nasional.
6. Australian
Football League (AFL) Grand Final diselenggarakan pada hari Sabtu terakhir di
bulan Septemberdi Melbourne Cricket Ground. Sepak bola dengan peraturan
Australia atau ‘footy’ adalah olahraga yang paling digemari di
Melbourne. AFL Grand Final adalah acara olahraga tahunan yang paling disambut
dan dinantikan. Lebih dari 100.000 fans yang antusias mengenakan baju dengan
warna tim mereka ke pertandingan ini. Jutaan pemirsa menyaksikan dari pesawat
televisi mereka.
7. Melbourne
Cup Day adalah hari libur di Victoria. Melbourne Cup adalah pacuan kuda yang
diselenggarakan di Flemington Racecourse. Ini adalah sebuah acara glamor. Para
wanita mengenakan busana dan topi yang modis. Para pria mengenakan jas dan dasi
yang bergaya. Anda dapat berpakaian menarik dan bergabung dalam kegembiraannya
atau menyaksikannya di televisi. Warga lokal mungkin mengundang Anda ke pesta
atau barbeque.
Ideologi
Negara Australia, Ideologi adalah kumpulan ide atau gagasan. Ideologi dapat dianggap
sebagai visi yang komprehensif, sebagai cara memandang segala sesuatu, secara umum
dan beberapa arah filosofis, atau sekelompok ide yang diajukan oleh kelas yang dominan
pada seluruh anggota masyarakat.
Australia sendiri memiliki
ideologi politik liberalisme yang merupakan warisan dari para pembawanya yang
berasal dari Eropa. Hal itu bisa terlihat dari pola kehidupan sehari-hari
penduduknya serta dalam kehidupan pemerintahannya yang menjadikan Australia
sebagai sebuah keunikan tersendiri di tengah-tengah budaya dan ideologi yang
beranekaragam yang berada di Asia Tenggara khususnya. Liberalisme adalah
sebuah ideologi, pandangan filsafat, dan tradisi politik yang
didasarkan pada pemahaman bahwa kebebasan adalah nilai politik yang
utama.
Secara umum, liberalisme
mencita-citakan suatu masyarakat yang bebas, dicirikan oleh kebebasan berpikir
bagi para individu. Paham liberalisme menolak adanya pembatasan, khususnya dari
pemerintah dan agama. Liberalisme menghendaki adanya, pertukaran gagasan yang
bebas, ekonomi pasar yang mendukung usaha pribadi (private enterprise) yang
relatif bebas, dan suatu sistem pemerintahan yang transparan, dan
menolak adanya pembatasan terhadap pemilikan individu. Oleh karena itu paham
liberalisme lebih lanjut menjadi dasar bagi tumbuhnya kapitalisme.[2]
B. Sistem Pendidikan di Australia
Pendidikan
di Australia tidak dipegang oleh pemerintah pusat, namun diserahkan pada setiap
negara bagian atau teritorinya. Jadi, setiap negara bagian memiliki hak untuk
menyelenggarakan pendidikan yang berbeda-beda. Hal ini berdasarkan pada
konstitusi Australia, dimana pendidikan
merupakan tanggungjawab negara bagian. Pada setiap negara bagian, seorang
Menteri Pendidikan dengan sebuah departemen pendidikan melaksanakan pendidikan
dasar dan menengah, dan adakalanya juga pendidikan prasekolah. Sehingga,
masing-masing negara bagian dan wilayah daratan mempunyai otoritas sendiri
dalam pelaksanaan pendidikannya.
Menurut
Undang Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sisdiknas disebutkan dalam Pasal 1 Ayat
8 bahwa jenjang pendidikan adalah tahapan pendidikan yang ditetapkan
berdasarkan tingkat perkembangan peserta didik, tujuan yang akan dicapai, dan
kemampuan yang dikembangkan. Dilihat dari jenjang pendidikan formal, Australia
terdiri dari 3 tahapan pendidikan, yaitu pendidikan dasar (primary schools),
pendidikan menengah (secondary education, meliputi secondary school/high
schools), dan pendidikan tinggi (tertiary education in universties or TAFE
[techical and further education] college). Ada kalanya, sebelum memasuki
primary school, peserta didik memasuki kindergarten atau taman kanak-kanak.
Di
Australia, pendidikan dasar menjadi dasar untuk memasuki jenjang selanjutnya,
yaitu pendidikan menengah. Pendidikan menengah merupakan lanjutan dari
pendidikan dasar. Tahapan terakhir adalah pendidikan tinggi, yang mencakup
beberapa program, yaitu diploma, sarjana, magister, spesialis, dan doktor yang
diselenggarakan oleh perguruan tinggi.
Lama pendidikan untuk
masing-masing jenjang tersebut berbeda antarnegara bagian. Perbedaanya dapat
dilihat dalam tabel berikut ini:
Wilayah New South Wales,
Victoria, Tasmania, dan Australian Capital Territory
Jenjang Pendidikan
|
Lama Pendidikan
|
|
Pendidikan Dasar
|
Primary School
|
6 tahun
|
Pendidikan Menengah
|
Junior Secondary School
|
4 tahun
|
Senior High School
|
2 tahun
|
Wilayah Queensland, Australia
Selatan, Australia Barat, Northern Territory
Jenjang Pendidikan
|
Lama Pendidikan
|
|
Pendidikan Dasar
|
Primary Schoo
|
7 tahun
|
Pendidikan Menengah
|
Junior Secondary School
|
3 tahun
|
Senior High School
|
2 tahun
|
Pendidikan
di Australia, mewajibkan peserta didik untuk menempuh wajib belajar, yaitu pada
jenjang primary school (SD) dan junior secondary school (SMP). Sehingga, wajib
belajar di Australia yakni 10 tahun. Selanjutnya, peserta didik dapat masuk ke
senior high school. Istilah yang dilakukan untuk jenjang pendidikan di
Australia adalah year 1 – 12 (dari jenjang primary school hingga high school).
Pada jenjang
senior high school, setiap peserta didik memiliki kewajiban untuk memilih
program pendidikan kejuruan atau pendidikan umum. Pendidikan kejuruan diarahkan
untuk pasar kerja, artinya lulusan pendidikan kejuruan tersebut akan siap untuk
bekerja setelah lulus. Setiap negara bagian memiliki Pendidikan dan Pelatihan
Kejuruan (Vocational Education and Training atau VET). VET mempersiapkan
peserta didik untuk bekerja tanpa perlu mendapatkan gelar sarjana.
Untuk
peserta didik yang mengambil pendidikan umum, dapat meneruskan pendidikan ke
jenjang diploma, bachelor degree, dst. Berikut adalah kualifikasi kerangka
kualifikasi Australia (AQF atau Australian Qualification Framework) menurut
sector pendidikan.
Australian Qualification Framework
Sektor Sekolah
|
Sektor Vocational Education And Training (VET)
|
Sektor Perguruan Tinggi
|
Senior Secondary Certificate of Education (Ijazah Sekolah Menengah
Atas)
(2–3 tahun)
|
Vocational graduate diploma (Diploma Kejuruan)
(1 tahun)
|
Gelar doktor (3+ tahun)
|
VET di Sekolah
|
Vocational graduate certificate (Sertifikat Kejuruan)
(6 bulan)
|
Gelar Masters / Magister
(1–3 tahun)
|
Advanced diploma (Diploma Lanjutan)
(6–12 bulan)
|
Graduate diploma
(1 tahun)
|
|
Diploma
(1 tahun)
|
Graduate certificate
(6 bulan)
|
|
Sertifikat IV
(1 tahun)
|
Bachelor degree (Gelar Sarjana Muda)
(3 tahun)
|
|
Sertifikat III
(6 bulan)
|
Associate degree, advanced diploma
(1,5 tahun)
|
|
Sertifikat II
(6 bulan)
|
Diploma
(1 tahun)
|
|
Sertifikat I
(6 bulan)
|
Untuk gelar
yang didapatkan setelah menempuh perguruan tinggi adalah:
1. Bachelors degree (setingkat
sarjana S1)
2. Masters degree (setingkat
magister S2)
3. PhD (setingkat doktor S3)
Untuk tes
bagi siswa yang berlaku secara nasional, Australia menyelenggarakan NAPLAN
(National Assessment Program-Literacy and Numeracy). Setiap tahunnya, semua
siswa yang berada pada tahun 3, 5, 7, dan 9 melakukan tes pada hari yang sama.
Materi tes tersebut meliputi membaca, menulis, bahasa (mengeja, tata bahasa,
dan pemberian tanda baca), dan perhitungan.[3]
Kurikulum dan metodologi pengajaran Suatu kecenderungan pada semua sistem
sekolah negeri semenjak awal 1970-an adalah pendelegasian tanggung jawab
kurikulum kepada sekolah-sekolah. Tetapi kecepatannya sangat bervariasi. Pada
beberapa negara bagian,pedoman kurikulum dibuat terpusat tetapi sekolah-sekolah
dapat mengadaptasikannya untuk memenuhi tuntutan dan kebutuhan lokal. Pada negara
bagian yang lain, pejabat-pejabat yang relevan di pusat menyusun tujuan umum
dan sekolah menjabarkannya ke dalam bentuk kurikulum yang rinci tetapi tetap
berada dalam kerangka tujuan umum yang telah ditetapkan. Pengecualian yang agak
besar terjadi pada kurikulum sekolah menengah untuk kelas-kelas terakhir;
detail kurikulum disusun secara terpusat untuk kepentingan ujian eksternal.
Pada kedua territories, the Australian Capital Territory (ACT)
dan the Northern Territor, sekolah
relatif memiliki otonomi yang lebih luas dan dapat mengembangkan kurikulumnya
atas dasar tujuan umum yang di tentukan di tingkat sekolah.
Di pusat, penyusunan pedoman kurikulum serta
objektif kurikulum secara umum biasa menjadi tanggung jawab seksi kurikulum
dalam departemen pendidikan. Pedoman kurikulum pada dasarnya disusun oleh
komisi-komisi kurikulum yang sudah ada untuk setiap bidang studi. Walaupun
sekolah-sekolah swasta memiliki otonomi yang cukup luas dalam hal kurikulum,
dalam banyak hal mereka mengikuti kurikulum yang sama yang dipakai
disekolah-sekolah negeri dalam negara bagian atau teritorinya.
Pusat Pengembangan Kurikulum (Curikulum Development Centre, DCD) dibentuk oleh pemerintah Commonwealth
dalam tahun 1975 untuk membantu mengkoordinasi dan mendiseminasikannya,serta
menyiapkan materi kurikulum. tetapi anggaran belanja untuk Pusat
Pengembangan Kurikulum ini dikurangi besar sekali jumlahnya pada tahun
1981,sehingga berbagai kegiatannya dihentikan, dan operasinya digabungkan ke
dalam kementrian Pendidikan dan urusan pemuda Commonwealth.
Buku-buku pelajaran dan ujian disiapkan oleh
berbagai badan termasuk seksi kurikulum departemen pendidikan,Dewan Penelitian
Pendidikan Australia (the Australian
Council for Educational Research, ACER), pusat pengembangan kurikulum (Curikulum Development Centre, CDC), penerbit buku-buku akademik yang komersial, dan asosiasi
guru-guru bidang studi. Pada umumnya, sekolah dan gutu-guru secara individu
punya kebebasan memilih bahan atau materi pelajaran. Otonomi ini di dukung
dengan pengalokasian dana ke sekolah sehingga dengan itu bahan dan buku-buku
pelajaran dapat dibeli secara langsung.
Oleh karena terdapat variasi dalam hal
tangung jawab pengembangan kurikulum, maka terdapat pula perbedaan dalam
pengimplementasiannya. Dalam hal kurikulum disusun berdsarkan pedoman dan
materi pelajaran dari pusat,pejabat-pejabat senior dari pusat secara teratur
mengunjungi sekolah-sekolah antara lain untuk memonitor pelaksanaa kurikulum.
Pada negara-negara bagian yang kurikulumnya disusun berdasarkan tujuan umum
yang ditetapkan oleh pusat, tugas pejabat yang berkunjung lebih bersifat
memberi nasehat atau saran, sementara tugas utama memonitor implementasi
kurikulum diserahkan kepada kepala sekolah. Dalam sistem dimana kurikulum
sekolah disusun sendiri oleh sekolah, seperti pada ACT, mekanisme yang
dikembangkan adalah sekolah mengusahakan akuntabilitas dan kompatibilitas antar
program-program sekolah.
Tanggung jawab tentang metodologi pengajaran pada prinsipnya terletak pada
masing-masing guru dan sekolah. Pada ummnya format format pengajaran pada
pendidikan dasar ialaha seorang guru memegang satu kelas, tetapi ada
kecenderunganm terjadi variasi pengelompokan kelas. Sama halnya di sekolah
menengah,hampir semua siswa tetap berada dalam kelompok-kelopok umur yang
bersamaan, dan mereke di ajar oleh guru-guru bidang studi, dan ada pula
kecenderungan untuk mengelompokkan siswa tidak berdasarkan kesamaan umur (horizontal age grouping) tetapi beda
umur (vertical age grouping), diajar
oleh tim gutu (team teaching), dan
siswa dikelompokkan dalam format-format kecil.
Masalah kurikulum yang krusial dalam sistem
pendidikan Australia terletak terutama pada isi kurikulum (kurikulum content),yaitu menentukan isi kurikulum yang cocok untuk
masyarakat. Hal ini timbul disebabkan oleh perubahan yang terjadi dalam
masyaraka Australia dan komposisi penduduk. Lebih sulit memperoleh kesepkatan
tentang isi kurikulum saat ini di bandingkan dengan masa sebelumnya karena
masyarakat australia yang semakin pluralistik dan sekaligus multikultural.
Tidak diketahui dengan pasti bagaimana bentuk masyarakat Australia di masa
datang.kesulitan ini makin lebih terasa pada tingkat pendidikan menengah
karenakurikulum akademik yang harus dipersiapkan bagi siswa yang akan terus ke
pendidikan tinggi; ini dipandang oleh sebagian ahli sebagai yang tidak tepat
untuk banyak siswa.
Ujian kenaikan kelas dan Sertifikasi , Selama
bertahun-tahun sistem pendidikan Australia menggunakan sistem penilaian
eksternal yang ekstensif untuk menentukan kualifikasi siswa dan pemberian
sertifikat atau diploma. Sesudah Perang Dunia II hsmpir semua ujian eksternal
ini dihapuskan, dan pada pendidikan dasar dan menengah, yang paling banyak
dilakukan ialah kenaikan kelas siswa atas dasar usia. Hampir pada semua sistem,
sekolah punya tanggung jawab melakukan untuk setiap level setiap tahun kecuali
pada tingkat akhir pendidikan menengah disaat ujian eksternal di laksanakan.
Pada hampir seluruh sistem sekolah, sertifikat pertama yang diterima siswa
adalah pada akhir tahun pendidikan ke-10 berdasarkan penilaian internal
sekolah. Pemberian sertifikat yang lebih tinggi diberikan pada tahun pendidikan
ke-12, pada umumnya berdasarkan ujian eksternal. Pada ACT dan negara bagian
Queensland, ujian internal sekolah yang sudah terakreditasi adalah sebagai
pengganti ujian eksternal pada tahun pendidikan ke-12.[4]
Untuk masuk ke universitas dan CAE pada
umumnya diperlukan kwalitas performansi tertentu pada tahun pendidikan
ke-12,walaupun kebanyakan institusi memberikan kriteria tersendiri bagi
orang-orang dewasa yang kebetulan tidak memenuhi persyaratan formal. Masuk ke
TAFE dimungkinkan setelah menamatkan pendidikan 10 tahun dengan hasil yang
memuaskan.
Masalah yang terdapat dalam sistem ujian dan
kenaikan kelas antara lain adalah mendapatkan keseimbangan antara ujian
internal sekolah dan kesulitan belajar-mengajar yang mungkin muncul dalam
kenaikan kelas otomatis berdasarkan usia.
Penelitian Pendidikan berkembang cukup pesat antara tahun 1960 dan 1980 karena berbagai
faktor. Pertama, jumlah lembaga pendidikan tinggi dan staf akademiknya
meningkat cukup besar, terutama pada bidang pendidikan guru. Sebagai contoh,
pada tahun 1960,jumlah staf alademik purna waktu di universitas hanya 70
orang,tetapi pada tahun 1980 jumlah itu meningkat sepuluh kali lipat.
Kedua,terbentuknya asosiasi peneliti profesional,dan Asosiasi Penelitian
Pendidikan Australia (Australian
Association for Research in Education,AARE) pada tahun 1970 yang memberikan
stimulasi atas kegiatan penelitian. Ketiga, terus meningkatnya bantuan dana
dari pemerintah untuk penelitian.
Oleh karena hampir semua penelitian
pendidikan dilakukan oleh staf akademik dan mahasiswa pascasarjana pendidikan
tinggi, maka banyak kegiatan penelitian itu mengikuti selera dan interes
pribadi peneliti, dan oleh karena itu sulit untuk dikategorisasikan. Badan
Penelitian dan Pengembangan Pendidikan (Education
Research and Development Committee,ERDC) mengkordinasikan penelitian dengan
pengidentifikasian bidang prioritas yang akan didukung dananya oleh pemerintah.
Proyek-proyek penelitian yang mendapat dukungan ERDC adalah induksi bagi
guru-guru, multikulturalisme,pendidikan bagi siswa-siswa cacat fisik,
penelitian atau ujian berbasis sekolah, kelas dan sekolah di arena terbuka,dan
pendidikan transisi.
Kebijakan di bidang pendidikan agama, Sekolah Islam bukanlah
sesuatu yang baru dalam sejarah Islam Australia. Bersamaan dengan pertumbuhan
Islam dan masyarakat muslim di Benua Kanguru, lembaga pendidikan Islam, sejak
ninforma seperti ‘Sarturday or Sunday School’ pngajian
anak-anak pada Sabtu dan Minggu sampai sekolah Islam terus berkembang. Istilah
‘Madrasah’ tidak populer dan hampir tidak digunakan sebagai salah satu bentuk
lembaga pendidikan Islam.
Sudah menjadi komitmen universitas di seluruh Australia
yang selalu berusaha memastikan bahwa para mahasiswa mereka yang beragama Islam
sebagaimana dengan mahasiswa-mahasiswa dengan latar belakan budaya lain, untuk
memperoleh kebebasan dalam menjalankan agama mereka masing-masing di dalam area
kampus. Umumnya di setiap universitas dibentuk wadah pendukung dan social yang
khusus ditujukan untuk membantu mahasiswa muslim di Australia, selain itu juga
hadirnya perkumpulan-perkumpulan mahasiswa international yang umum. Orang
Australia bangga akan percampuran multi budaya di kota-kota mereka.
Menurut Abdullah Saeed
guru besar dan Direktur Centre for the Study Contemporary Islam,
Universitas Melbourne, dalam bukunya Islam in Australia (2003),
di seluruh Australia terdapat 23 sekolah Islam; 16 di antaranya adalah 'Islamic
college', yang pada dasarnya merupakan pendidikan prauniversitas. Selanjutnya,
Profesor Saeed menjelaskan, semua sekolah Islam ini telah terakreditasi dan
diakui Pemerintah Australia. Dan karena itu, dalam satu dan lain hal,
sekolah-sekolah ini mendapat subsidi dari Pemerintah Australia.
Di antara
sekolah-sekolah Islam tersebut, yang paling populer adalah King Khalid Islamic
College (berdiri 1983) dan Minaret College (1993), keduanya berada di
Melbourne. Kedua sekolah Islam ini seperti juga sekolah-sekolah Islam umumnya
didirikan dan dikelola para migran Muslim di Australia dengan juga melibatkan
tokoh-tokoh Muslim di luar Australia.
Semua sekolah Islam tersebut pada dasarnya sudah
menerapkan kurikulum negara bagian sesuai dengan standar nasional dalam mata
pelajaran-mata pelajaran umum. Dengan demikian, mereka mendapatkan akreditasi
dari badan akreditasi, dan selanjutnya berhak menerima subsidi dari pemerintah.
Akan tetapi, seperti diungkapkan Professor Saeed, bahwa berbagai mata pelajaran
agama (Islam) tidak memiliki kurikulum dan standar baku. Tidak ada otoritas di
kalangan Muslim Australia yang merumuskan kurikulum mata pelajaran agama.
Hasilnya, masing-masing merumuskan sendiri kurikulum berbagai mata pelajaran
agama.
Sistem Pendidikan di Indonesia
Dalam undang-undang Sisdiknas tahun 2003 disebutkan bahwa, pendidikan
nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban
bangsa yang bermatabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan
untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan
bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap,
kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung
jawab.
Berdasarkan UU Sisdiknas No.20 Tahun 2003, jenjang pendidikan di
Indonesia ada 3yaitu:
1. Pendidikan dasar;
2. Pendidikan menengah;
3. Pendidikan tinggi.
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan
spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia,
serta keterampilan yang diperlukan dirinya dan masyarakat. Pendidikan meliputi
pengajaran keahlian khusus dan juga sesuatu yang tidak dapat dilihat tetapi
lebih mendalam, yaitu pemberian pengetahuan, pertimbangan dan kebijaksanaan.
Salah satu dasar utama pendidikan adalah untuk mengajar kebudayaan melewati
generasi.
Di Indonesia, jenjang pendidikan adalah tahapan pendidikan yang
ditetapkan berdasarkan tingkat perkembangan peserta didik, tujuan yang akan
dicapai, dan kemampuan yang dikembangkan. Pendidikan di Indonesia mengenal tiga
jenjang pendidikan, yaitu pendidikan dasar (SD/MI/Paket A dan SLTP/MTs/Paket
B), pendidikan menengah (SMU, SMK), dan pendidikan tinggi. Meski tidak termasuk
dalam jenjang pendidikan, terdapat pula pendidikan anak usia dini, pendidikan
yang diberikan sebelum memasuki pendidikan dasar.
a. Pendidikan Dasar
Pendidikan ini merupakan pendidikan awal selama 9 tahun pertama masa
sekolah anak-anak, yaitu di Sekolah Dasar (SD) dan Sekolah Menengah Pertama
(SMP). Pada masa ini para siswa mempelajari bidang-bidang studi antara lain: -
Ilmu Pengetahuan Alam - Matematika - Ilmu Pengetahuan Sosial - Bahasa Indonesia
- Bahasa Inggris - Pendidikan Seni - Pendidikan Olahraga. Di akhir masa
pendidikan di SD, para siswa harus mengikuti dan lulus dari Ujian Nasional (UN)
untuk dapat melanjutkan pendidikannya ke SMP dengan lama pendidikan 3 tahun.
Pendidikan Dasar merupakan jenjang pendidikan yang melandasi jenjang
pendidikan menengah. Pendidikan dasar berbentuk Sekolah Dasar (SD) dan MAdrasah
Ibtidayah (MI) atau bentuk yang sederajatserta Sekolah Menengah Pertama (SMP)
dan Madrasah Tsanawiyah (MTs). Akhir kelas enam siswa harus mengikuti Ujian
Nasional sebagai syarat untuk mengikuti SMP/MTs.
b. Pendidikan Menengah
Pendidikan menengah merupakan lanjutan pendidikan dasar, terdiri atas
pendidikan menengah umum dan pendidikan menengah kejuruan. Pendidikan menengah
berbentuk Sekolah Menengah Atas (SMA), Madrasah Aliyah (MA), Sekolah Menengah
Kejuruan (SMK), dan Madrasah Aliyah Kejuruan (MAK), atau bentuk lain yang
sederajat.
c. Pendidikan Tinggi
Pendidikan tinggi adalah jenjang
pendidikan setelah pendidikan menengah yang mencakup program sarjana, magister, doktor, dan spesialis yang
diselenggarakan oleh perguruan tinggi. Jenjang pendidikan tinggi di Indonesia terdiri dari beberapa macam
dimana, pendidikan tinggi merupakan jenjang pendidikan setelah pendidikan
menengah yang mencakup program pendidikan diploma, sarjana, magister, special
dan doctor yang diselenggarakan oleh perguruan tinggi (UU, Sisdiknas, pasal
19:2003) Perguruan tinggi dapat berbentuk:
1. Akademi (lembaga pendidikan
tinggi, kurang lebih 3 tahun lamanya, yg mendidik tenaga profesional;
2. Politeknik (pendidikan professional
yang diarahkan pada kesiapan penerapan keahlian tertentu);
3. Sekolah tinggi (menyelenggarakan pendidikan
akademik dalam lingkup satu
disiplin ilmu pengetahuan);
4. Institut (organisasi, badan, atau
perkumpulan yg ber-tujuan melakukan suatu penyelidikan ilmiah);
5. Universitas (perguruan tinggi yg
terdiri atas sejumlah fakultas yg menyelenggarakan pendidikan ilmiah dan/atau
profesional dl sejumlah disiplin ilmu tertentu).
Perguruan tinggi berkewajiban menyelenggarakan pendidikan, penelitian dan
pengabdian kepada masyarakat. Perguruan tinggi dapat menyelenggarakan program
akademik, profesi dan vokasi (UU, Sisdiknas, pasal 20:2003). Kerangka dasar dan
kurikulum pendidikan tinggi di Indonesia dikembangkan oleh perguruan tinggi
yang bersangkutan dengan mengacu pada standar nasional pendidikan untuk setiap
program studi. Dimana kurikulum pendidikan tinggi wajib memuatkan pendidikan
agama, pendidikan kewarganegaraan dan bahasa.
Berbeda dengan sekolah menengah, perguruan tinggi menerapkan sistem
kredit semester (SKS). Di perguruan tinggi, seorang mahasiswa jika dapat
menghabiskan jumlah kredit mata kuliah yang ditargetkan dan dapat menempuhnya
dalam waktu tertentu sesuai dengan rencana yang diprogramkan, mahasiswa
tersebut dapat menyelesaikan pendidikan tinggi Strata 1 (S1) dalam waktu 4
tahun. Namun bila tidak sanggup karena banyak mengulang mata kuliah yang rendah
nilainya atau karena cuti, waktu yang ditempuh untuk diwisuda sebagai seorang
sarjana bisa lebih dari 4 tahun. Kalau ia berhasil wisuda dan berniat
melanjutkan studi lanjut, masih ada dua tahap dalam pendidikan tinggi yang
dapat ditempuhnya, yaitu jenjang S2 atau Magister yang normalnya ditempuh
selama 2 tahun, dan jenjang Ssedangkan S3 atau doctor yang efektifnya ditempuh
selama 2 tahun, sedangkan sisanya untuk penelitian. Apabila seluruh tahap
pendidikan tinggi ini ditempuh, diberi gelar doctor untuk bidang yang dipilih.
C. Perbandingkan Pendidikan di
Australia dan Indonesia
NO
|
AUSTRALIA
|
INDONESIA
|
|||
New South Wales,Victoria,
Tasmania, dan Australian Capital Territory
|
Queensland, AustraliaSelatan, Australia
Barat, Northern Territory
|
||||
1
|
Primary School (6 Tahun)
Junior Secondary School (4
tahun)
|
Primary School (7 Tahun)
Junior Secondary School(3
Tahun)
|
Pendidikan dasar 9 tahun
(SD 6 Tahun dan SMP 3 Tahun)
|
||
2.
|
Senior High School (2 Tahun)
|
Senior High School (2 Tahun)
|
Pendidikan Menengah 3
tahun (SMA, MA, SMK, dan MAK )
|
||
3.
|
Diploma
(1 tahun)
Associate degree, advanced
diploma
(1,5 tahun)
Bachelor degree (Gelar Sarjana
Muda)
(3 tahun)
Graduate certificate
(6 bulan)
Graduate diploma
(1 tahun)
Gelar Masters / Magister
(1–3 tahun)
Gelar doktor (3+ tahun)
|
Ahli Madya, Diploma 3 (D3)
Sarjana, Diploma 4 (D4)
Sarjana, Strata 1 (S1)
Magister, Strata 2 (S2)
Doktor, Strata 3 (S3)
|
|||
Selain dari jenjang pendidikan,
beberapa perbandingan dari pendidikan yang ada di Australia dan Indonesia
antara lain adalah:
1. dilihat dari bobot dan tingkat kesulitan materi pelajaran, standar
pendidikan dasar di Indonesia jauh lebih tinggi. Jika di Indonesia, siswa-siswa
kelas dua SD sudah mendapatkan banyak pelajaran dan berbagai pekerjaan rumah
serta ulangan atau ujian, tetapi siswa-siswa setaraf kelas 1 – 2 SD di
Australia belum diwajibkan untuk membaca. Bahkan di Indonesia, siswa TK nol
besar diwajibkan lancar membaca dan berhitung, apalagi jika orangtua mereka
berniat mendaftarkan mereka ke Sekolah Dasar unggulan yang diwajibkan mereka
lolos ujian tulis sebagai syarat pendaftaran masuk. Sungguh berbeda sekali
dengan di negeri yang terkenal dengan binatang kangguru ini. Pendidikan di TK
seperti istana bermain dimana mereka bebas bermain, mengembangkan kreatifitas dan
bersosialisasi. Pendidikan dasar di Australia lebih ditekankan sebagai pondasi
untuk belajar mengenal diri sendiri, lingkungan serta pengembangkan sikap
(character building). Mengajarkan hal-hal sederhana secara praktis lebih
ditekankan dibanding teori-teori di kelas. Karena itu, tidak heran jika di
Australia, sering terlihat siswa-siswa SD yang sedang belajar mengukur
kepadatan mobil di jalan raya atau di lain waktu mereka tengah melakukan
kegiatan di luar kelas (excursion), seperti ke pasar, perkebunan,
peternakan kadang mereka belajar juga mengantri, melakukan transaksi jual beli
dan sebagainya. Sebuah pengajaran yang aplikatif serta bisa langsung diterapkan
dalam kehidupan sehari-hari.
2. Dalam hal penilaian (assessment). Berbeda dengan di Indonesia yang
mewajibkan para siswa untuk menempuh ulangan-ulangan sebagai persyaratan untuk
naik kelas. Di Australia tidak ada siswa yang tidak naik kelas. Memang ada
ujian nasional seperti UAN di Indonesia, yaitu tes standar nasional dikenal
dengan istilah NAPLAN (National Assessment Program Literacy and Numeracy)
yaitu tes nasional yang dilakukan serentak di Australia untuk menguji kemampuan
membaca, menulis dan berhitung sebagai persiapan memasuki Year 10 (setara
dengan kelas I SMU).
Walaupun standar materi pelajaran untuk pendidikan dasar di
Indonesia tampak jauh lebih tinggi dibandingkan dengan Australia, namun ketika
memasuki tingkat perguruan tinggi, tampak negeri kita lebih tertinggal
dibandingkan Australia. Selain disebabkan karena peralatan teknologi yang lebih
canggih dan lengkap, fasilitas-fasilitas penelitian yang lebih memadai, juga
faktor mahasiswa yang telah memiliki pengembangan karakter (character
building) yang kuat, fondasi sikap yag tertanam sejak dini di pendidikan
dasar sangat mempengaruhi kesuksesan masa depan mereka, seperti kemandirian,
jujur, kreatif, inovatif, serta berpikir kritis (critical thinking).
3. Pemberian reward (penghargaan) terhadap usaha siswa sangat dijunjung
tinggi, baik dalam bentuk verbal maupun non-verbal seperti ucapan pujian ‘well
done’, ‘excellent’, dsb. Yang lebih menarik lagi di SD, setiap ada siswa yang
berbuat baik atau melakukan usaha keras, mempunyai keberanian yang positif,
akan memperoleh reward berupa sertifikat-sertifikat kecil (school rewards)
yang nanti jika telah terkumpul sepuluh sertifikat, akan diumumkan di acara
assembly, yaitu acara yang diselenggarakan tiap dua minggu sekali untuk
pengembangan bakat seni para siswa. Di acara tersebut, masing-masing kelas
menampilkan kreatifitas seperti menyanyi, menari, drama, dsb. Hal yang istimewa
lagi, pada school awards juga ditulis hal-hal baik yang telah dilakukan anak
didik, seperti menolong teman yang jatuh, berani berbicara di depan kelas,
jujur, empati, dan perilaku positif lainnya yang dilakukan siswa. Di sinilah
terlihat betapa pengembangan karakter (character building) dan
kecerdasan emosi (emotional equvalence) sangat ditekankan dalam
pendidikan dasar. Penghargaan dan feedback yang positif ini juga tertulis di
dalam raport siswa. Jadi penilaian pada rapost siswa di Australia adalah
berbentuk narasi, bukan dalam bentuk angka-angka seperti pada sekolah di
Indonesia.
4. Suasana belajar di sekolah-sekolah dasar di Australia terlihat sangat
kondusif. Beberapa hal yang menunjang proses pembelajaran adalah jumlah siswa
di dalam kelas yang tak lebih dari 20 siswa, media, kumpulan portofolio, dan
alat-alat peraga pembelajaran yang lengkap, dinding kelas yang ‘ramai’
ditempeli dan digantung berbagai macam gambar, tulisan, hasil karya siswa
maupun media buatan guru. Kebanyakan dinding kelas sekolah di Australia
dilapisi papan lunak (softboard), sehingga dapat digunakan untuk
menempel hasil karya siswa dan media belajar. Hal ini jarang terlihat di kelas
sekolah di Indonesia yang terlihat ‘bersih’ dan tampaknya masih kurang media
serta alat peraga yang dapat meningkatkan motivasi belajar siswa. Selain itu,
jumlah siswa yang sedikit ini memungkinkan bentuk formasi bangku yang diatur
melingkar sehingga para siswa dapat belajar, berdiskusi dalam kelompok juga
bersosialisasi. Namun bisa kita pahami, hal ini kurang bisa diterapkan di semua
sekolah di Indonesia yang lebih banyak memiliki kelas-kelas besar, karena
jumlah penduduk yang jauh lebih besar dibandingkan Australia.
5. Dari segi tenaga pendidik, guru-guru di Australia amat disiplin. Para
guru diwajibkan datang ke kelas sebelum murid-murid masuk. Hal ini tampaknya
tengah digalakkan di Indonesia. Dengan adanya morning briefing bagi para guru
sebelum masuk ke kelas tentu sangat baik untuk meningkatka kedisiplinan bagi
tenaga pengajar dan juga sebagai sarana mendiskusikan persoalan-persoalan dalam
proses belajar mengajar.
6.
Tidak adanya Pendidikan Agama di Australia.[5]
D.
Komentar Penulis
Seiring dengan pesatnya peerkembangan
pendidikan di Australia hampir
seluruh Negara dibagian Eropa dan Asia menuntut ilmu di Negara kanguru
ini dan menjadi penduduk mayoritas di Australia.
Dalam hal manajement pendidikan Australia
cenderung desentralisasi otoriter memberikan wewenang kepada pemerintah Negara bagian dan territory,
bahkan tingkat yang lebih rendah para staf. Sehingga dalam hal manajemennya
kepala pemerintah pusat (Commonwealth)
tidak begitu turun tangan.
Hal lain yakni pembentukan kurikulum tidak
jauh beda dengan manajement pendidikannya, sehingga kurikulum yang di berikan
harus dapat beradaptasi untuk memenuhi tuntutan dan kebutuhan lokal. Masalah ke
depannya dalam menentukan isi kurikulum sulit memperoleh kesepakatan di mana
masyarakat yang semakin pluralistik.
monggo di komentari ya..?
BalasHapus