Minggu, 08 November 2015

Perbandingan Pendidikan Australia Makalah



BAB I
PENDAHULUAN


A.    Latar Belakang Masalah
Australia adalah satu-satunya benua di dunia yang hanya terdiri dari satu buah negara, yang juga disebut dengan Australia. Meski demikian, Australia memiliki 6 negara bagian serta 2 wilayah daratan (territori) yang mulai dikonstitusikan pada tanggal 1 Januari 1901. Keenam negara bagian tersebut antara lain adalah New South Wales (Ibukota: Sydney), Victoria (Ibukota: Melbourne), Queensland (Ibukota: Brisbane), Australia Selatan (Ibukota: Adelaide), Australia Barat (Ibukota: Perth), dan Tasmania (Ibukota: Hobart). Sedangkan kedua territornya adalah Northern Territory dan Australian Capital Territory. Ibukota negara Australia sendiri adalah Canberra.
Negara bagian dikepalai oleh seorang gubernur, sedangkan teritori dikepalai oleh seorang administrator. Pemerintah pusat memiliki wewenang yang lebih banyak pada sebuah teritori bila dibandingkan dengan pada negara bagian.
Australia dikenal oleh dunia sebagai tempat yang nyaman dan sehat untuk ditinggali. Penduduk di Australia ramah, udaranya bersih, lingkungan aman, fasilitas transportasi yang bagus, serta tunjangan pendidikan dan kesehatan berkleas internasional membuat Australia menjadi tempat yang bagus untuk ditinggali. Beberapa kota seperti Sydney, Melborune, Perth, dan Adelaide merupakan kota-kota yang bagus dan nyaman.
Pendidikan di Australia juga sangat bagus. Di tempat ini, Australia konon memiliki kualitas pendidikan yang tinggi, dan bahkan gelar atau ijasahnya pun diakui secara internasional. Selain itu, biaya pendidikan di Australia tergolong murah dan terjangkau bila dibandingkan dengan Inggris atau Amerika, bahkan pemerintah memberikan ijin bagi mahasiswa yang berasal dari luar Australia untuk bekerja baik fulltime maupun partime untuk memenuhi biaya pendidikan mereka. Australia juga menawarkan program studi yang sangat bervariasi, baik jurusan maupun jenjangnya. Hal ini mempermudah siswa dalam mencari sekolah yang sesuai dengan keinginannya.
Dengan begitu banyaknya kelebihan Australia di bidang pendidikan, maka ada baiknya Indonesia sedikit berkaca dari sistem pendidikan di Australia itu sendiri. Maka dari itulah, penyusun ingin membandingkan sistem pendidikan di Australia dan Indonesia, agar dapat diambil manfaat yang baik untuk kemajuan bangsa Indonesia.


 B.   Rumusan Masalah
1.      Bagaimanakah Sejarah Negara Australia?
2.      Bagaimanakah Sistem Pendidikan Negara Australia?
3.      Bagaimanakah Perbandingan Pendidikan Australia dan Indonesia?




















BAB II
PEMBAHASAN

A.  Sejarah Negara Australia
Australia Sebelum Abad ke 20, memulai peradapannya sejak zaman es terakhir,berpenduduk asli Aborigin, sejak bangsa Eropa mulai menjelajahi Australia sejak abad 16, kemudian para navigator Portugis, diikuti penjelajah Belanda dan pengusaha dan bajak lautWilliam Dampier, James Cook di tahun 1770, lalu mereka mengklaim benua ini untuk Inggris dan dinamai New South Wales. Di tahun 1779, Inggris memindahkan para nara pidana keNew South Wales, sejak itulah banyak penduduk Aborigin tersinggir dari tanah airnya sendiri.apalagi ketika penemuan tambang emas di tahun 1850, yang mendorong pertumbuhan ekonomi dan mengubah struktur sosial di koloni, lebih dari 300.000 orang Aborigin tersingkir jauh kepedalaman, yang sering disebut“the bush
Australia Abad ke Dua Puluh Setelah Perang Dunia II, datanglah arus imigrasi dari eropa, yang memberikan sumbangsih menhidupkan budaya dan memperluas wawasan pandangan Australia, banyaknya permintaan yang tinggi terhadap bahan baku mentah, dan wajib militer terhadap para pemuda Australia di perang Korea dan Vietnam, oleh kerusuhan akibat wajib militer inilah pemerintahan Gough Whitlammenarik pasukan dari Vietnam dan menghapuskan biaya pendidikan dan kesehatan serta membebaskan biaya tanah bagi masyarakat Aborigin.
Australia masa kini , Saat ini Australia makin maju dan menjadi sebuah negara industri yang demokratis, Australia adalah negara persemakmur (Commonwealth) dengan luas wilayah 7.792.000 dan ibu kota negara Canberra jauh lebih luas dibanding daratan Indonesia yang hanya 1.906.240, Australia senantiasa mendapatkan manfaat dari dimensi multibudaya sebagai salah satu negara yang paling beragam di dunia dengan memiliki kekayaan, gagasan, pikiran, citrarasa serta gaya hidup, banyak orang Australia yang lahir di negara asing seperti Italia, Yunani, Selandia Baru, Inggris, Cina, Vietnam, Afrika, dan Indonesia.
Kebudayaan Australia, Australia adalah masyarakat multikultural yang        sukses, modern dan sejahtera. Australia merupakan salah satu bangsa dengan kebudayaan paling beragam di dunia. Kesetaraan, toleransi, kehormatan, kebebasan berbicara dan beragama dijunjung tinggi. Orang-orang Australia ramah dan terbuka, serta menikmati gaya hidup informal di alam terbuka.[1]
Bahasa, Bahasa Inggris adalah bahasa nasional Australia. Aksen Australia mudah dimengerti. Beberapa orang mempersingkat kata dan menggunakan ungkapan informal. Anda akan mendengarkan bahasa-bahasa lain yang diucapkan di komunitas (khususnya Melbourne), termasuk bahasa Kanton, Vietnam, Arab, Mandarin, Italia, dan Yunani.
Bergaya santai, Di Australia, orang-orang umumnya memanggil dengan nama pertama di antara teman dan di tempat kerja. Akan tetapi jarak pribadi dihargai, jadi bila Anda menabrak seseorang, katakan ‘sorry’ (maaf); bila Anda ingin mendapatkan perhatian seseorang, katakan ‘excuse me’(permisi). Orang-orang akan senang membantu Anda bila Anda menambahkan kata ‘please’ (tolong) ketika meminta informasi, petunjuk atau pelayanan, kemudian ‘thank you’ (terima kasih) ketika Anda mendapatkan bantuan. Orang Australia mungkin menjawab ucapan terima kasih Anda dengan ‘no worries’ (tidak apa-apa), dibandingkan ucapan yang lebih formal seperti ‘it’s a pleasure’ (senang membantu Anda) atau 'you are welcome’ (sama-sama).
Outback, biasanya mengacu pada daerah padang pasir yang luas dan terpencil di Australia. Outback tidak hanya penting karena pertaniannya, tapi juga memberikan pengaruh kuat pada seni dan identitas kebanyakan warga Australia. 

Hari libur dan perayaan Negara Australia Sebagai Berikut:
1.      Hari Natal jatuh pada tanggal 25 Desember sewaktu musim panas. Banyak kantor tutup sampai Tahun Baru. Umat Kristiani merayakan kelahiran Yesus Kristus pada hari ini. Natal adalah saat untuk merayakan, berpesta dan memberikan hadiah kepada keluarga dan teman-teman. Anda tidak harus menjadi seorang Kristiani untuk mengikuti tradisi ini.
2.      Australia Day jatuh pada tanggal 26 Januari dan memperingati tanggal ketika orang Eropa pertama kali menetap di Australia. Upacara kewarganegaraan diadakan dan penghargaan serta penghormatan diberikan. Banyak acara komunitas yang merayakan keragaman budaya dan ada pesta kembang api pada malam hari. Anda mungkin melihat warga lokal dengan bendera Australia.
3.      Paskah jatuh pada bulan Maret atau April. Umat Kristiani memperingati wafat dan kebangkitan Yesus Kristus pada hari Paskah. Roti hangat berbentuk salib biasanya dikonsumsi pada hari Jumat Agung. Pada hari Minggu Paskah, orang-orang berbagi telur Paskah.
4.      Anzac Day, 25 April, memperingati hari ketika Korps Angkatan Darat Australia dan Selandia Baru mendarat di Gallipoli, Turki pada tahun 1915. Warga Australia mengenang mereka yang bertempur untuk Australia dan  gugur di medan perang. Para veteran perang dan keluarga mereka menghadiri upacara peringatan pada dini hari kemudian bergabung dalam parade damai.  
5.      Pekan Rekonsiliasi Nasional dimulai pada tanggal 27 Mei. Pekan tersebut merayakan budaya, sejarah dan kontribusi kaum Aborijin dan Penduduk Kepulauan Selat Torres. 27 Mei menandakan perayaan Referendum 1967 ketika warga Australia memilih untuk mengikutsertakan orang Pribumi Australia dalam sensus nasional.
6.      Australian Football League (AFL) Grand Final diselenggarakan pada hari Sabtu terakhir di bulan Septemberdi Melbourne Cricket Ground. Sepak bola dengan peraturan Australia atau ‘footy’ adalah olahraga yang paling digemari di Melbourne. AFL Grand Final adalah acara olahraga tahunan yang paling disambut dan dinantikan. Lebih dari 100.000 fans yang antusias mengenakan baju dengan warna tim mereka ke pertandingan ini. Jutaan pemirsa menyaksikan dari pesawat televisi mereka.
7.      Melbourne Cup Day adalah hari libur di Victoria. Melbourne Cup adalah pacuan kuda yang diselenggarakan di Flemington Racecourse. Ini adalah sebuah acara glamor. Para wanita mengenakan busana dan topi yang modis. Para pria mengenakan jas dan dasi yang bergaya. Anda dapat berpakaian menarik dan bergabung dalam kegembiraannya atau menyaksikannya di televisi. Warga lokal mungkin mengundang Anda ke pesta atau barbeque.
Ideologi Negara Australia, Ideologi adalah kumpulan ide atau gagasan. Ideologi dapat dianggap sebagai visi yang komprehensif, sebagai cara memandang segala sesuatu, secara umum dan beberapa arah filosofis, atau sekelompok ide yang diajukan oleh kelas yang dominan pada seluruh anggota masyarakat.
Australia sendiri memiliki ideologi politik liberalisme yang merupakan warisan dari para pembawanya yang berasal dari Eropa. Hal itu bisa terlihat dari pola kehidupan sehari-hari penduduknya serta dalam kehidupan pemerintahannya yang menjadikan Australia sebagai sebuah keunikan tersendiri di tengah-tengah budaya dan ideologi yang beranekaragam yang berada di Asia Tenggara khususnya. Liberalisme adalah sebuah ideologipandangan filsafat, dan tradisi politik yang didasarkan pada pemahaman bahwa kebebasan adalah nilai politik yang utama.
Secara umum, liberalisme mencita-citakan suatu masyarakat yang bebas, dicirikan oleh kebebasan berpikir bagi para individu. Paham liberalisme menolak adanya pembatasan, khususnya dari pemerintah dan agama. Liberalisme menghendaki adanya, pertukaran gagasan yang bebas, ekonomi pasar yang mendukung usaha pribadi (private enterprise) yang relatif bebas, dan suatu sistem pemerintahan yang transparan, dan menolak adanya pembatasan terhadap pemilikan individu. Oleh karena itu paham liberalisme lebih lanjut menjadi dasar bagi tumbuhnya kapitalisme.[2]

B. Sistem Pendidikan di Australia
Pendidikan di Australia tidak dipegang oleh pemerintah pusat, namun diserahkan pada setiap negara bagian atau teritorinya. Jadi, setiap negara bagian memiliki hak untuk menyelenggarakan pendidikan yang berbeda-beda. Hal ini berdasarkan pada konstitusi Australia, dimana  pendidikan merupakan tanggungjawab negara bagian. Pada setiap negara bagian, seorang Menteri Pendidikan dengan sebuah departemen pendidikan melaksanakan pendidikan dasar dan menengah, dan adakalanya juga pendidikan prasekolah. Sehingga, masing-masing negara bagian dan wilayah daratan mempunyai otoritas sendiri dalam pelaksanaan pendidikannya.
Menurut Undang Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sisdiknas disebutkan dalam Pasal 1 Ayat 8 bahwa jenjang pendidikan adalah tahapan pendidikan yang ditetapkan berdasarkan tingkat perkembangan peserta didik, tujuan yang akan dicapai, dan kemampuan yang dikembangkan. Dilihat dari jenjang pendidikan formal, Australia terdiri dari 3 tahapan pendidikan, yaitu pendidikan dasar (primary schools), pendidikan menengah (secondary education, meliputi secondary school/high schools), dan pendidikan tinggi (tertiary education in universties or TAFE [techical and further education] college). Ada kalanya, sebelum memasuki primary school, peserta didik memasuki kindergarten atau taman kanak-kanak.
Di Australia, pendidikan dasar menjadi dasar untuk memasuki jenjang selanjutnya, yaitu pendidikan menengah. Pendidikan menengah merupakan lanjutan dari pendidikan dasar. Tahapan terakhir adalah pendidikan tinggi, yang mencakup beberapa program, yaitu diploma, sarjana, magister, spesialis, dan doktor yang diselenggarakan oleh perguruan tinggi.
Lama pendidikan untuk masing-masing jenjang tersebut berbeda antarnegara bagian. Perbedaanya dapat dilihat dalam tabel berikut ini:
Wilayah New South Wales, Victoria, Tasmania, dan Australian Capital Territory
Jenjang Pendidikan
Lama Pendidikan
Pendidikan Dasar                
Primary School
6 tahun
Pendidikan Menengah
Junior Secondary School
4 tahun
Senior High School
2 tahun

Wilayah Queensland, Australia Selatan, Australia Barat, Northern Territory
Jenjang Pendidikan
Lama Pendidikan
Pendidikan Dasar
Primary Schoo
7 tahun
Pendidikan Menengah
Junior Secondary School
3 tahun
Senior High School
2 tahun

Pendidikan di Australia, mewajibkan peserta didik untuk menempuh wajib belajar, yaitu pada jenjang primary school (SD) dan junior secondary school (SMP). Sehingga, wajib belajar di Australia yakni 10 tahun. Selanjutnya, peserta didik dapat masuk ke senior high school. Istilah yang dilakukan untuk jenjang pendidikan di Australia adalah year 1 – 12 (dari jenjang primary school hingga high school).
Pada jenjang senior high school, setiap peserta didik memiliki kewajiban untuk memilih program pendidikan kejuruan atau pendidikan umum. Pendidikan kejuruan diarahkan untuk pasar kerja, artinya lulusan pendidikan kejuruan tersebut akan siap untuk bekerja setelah lulus. Setiap negara bagian memiliki Pendidikan dan Pelatihan Kejuruan (Vocational Education and Training atau VET). VET mempersiapkan peserta didik untuk bekerja tanpa perlu mendapatkan gelar sarjana.
Untuk peserta didik yang mengambil pendidikan umum, dapat meneruskan pendidikan ke jenjang diploma, bachelor degree, dst. Berikut adalah kualifikasi kerangka kualifikasi Australia (AQF atau Australian Qualification Framework) menurut sector pendidikan.
Australian Qualification Framework

Sektor Sekolah
Sektor Vocational Education And Training (VET)
Sektor Perguruan Tinggi
Senior Secondary Certificate of Education (Ijazah Sekolah Menengah Atas)
(2–3 tahun)
Vocational graduate diploma (Diploma Kejuruan)
(1 tahun)
Gelar doktor (3+ tahun)
VET di Sekolah
Vocational graduate certificate (Sertifikat Kejuruan)
(6 bulan)
Gelar Masters / Magister
(1–3 tahun)

Advanced diploma (Diploma Lanjutan)
(6–12 bulan)
Graduate diploma
(1 tahun)

Diploma
(1 tahun)
Graduate certificate
(6 bulan)

Sertifikat IV
(1 tahun)
Bachelor degree (Gelar Sarjana Muda)
(3 tahun)

Sertifikat III
(6 bulan)
Associate degree, advanced diploma
(1,5 tahun)

Sertifikat II
(6 bulan)
Diploma
(1 tahun)

Sertifikat I
(6 bulan)





Untuk gelar yang didapatkan setelah menempuh perguruan tinggi adalah:
1.      Bachelors degree (setingkat sarjana S1)
2.      Masters degree (setingkat magister S2)
3.      PhD (setingkat doktor S3)
Untuk tes bagi siswa yang berlaku secara nasional, Australia menyelenggarakan NAPLAN (National Assessment Program-Literacy and Numeracy). Setiap tahunnya, semua siswa yang berada pada tahun 3, 5, 7, dan 9 melakukan tes pada hari yang sama. Materi tes tersebut meliputi membaca, menulis, bahasa (mengeja, tata bahasa, dan pemberian tanda baca), dan perhitungan.[3]
Kurikulum dan metodologi pengajaran Suatu kecenderungan pada semua sistem sekolah negeri semenjak awal 1970-an adalah pendelegasian tanggung jawab kurikulum kepada sekolah-sekolah. Tetapi kecepatannya sangat bervariasi. Pada beberapa negara bagian,pedoman kurikulum dibuat terpusat tetapi sekolah-sekolah dapat mengadaptasikannya untuk memenuhi tuntutan dan kebutuhan lokal. Pada negara bagian yang lain, pejabat-pejabat yang relevan di pusat menyusun tujuan umum dan sekolah menjabarkannya ke dalam bentuk kurikulum yang rinci tetapi tetap berada dalam kerangka tujuan umum yang telah ditetapkan. Pengecualian yang agak besar terjadi pada kurikulum sekolah menengah untuk kelas-kelas terakhir; detail kurikulum disusun secara terpusat untuk kepentingan ujian eksternal. Pada kedua territories, the Australian Capital Territory (ACT) dan the Northern Territor, sekolah relatif memiliki otonomi yang lebih luas dan dapat mengembangkan kurikulumnya atas dasar tujuan umum yang di tentukan di tingkat sekolah.
Di pusat, penyusunan pedoman kurikulum serta objektif kurikulum secara umum biasa menjadi tanggung jawab seksi kurikulum dalam departemen pendidikan. Pedoman kurikulum pada dasarnya disusun oleh komisi-komisi kurikulum yang sudah ada untuk setiap bidang studi. Walaupun sekolah-sekolah swasta memiliki otonomi yang cukup luas dalam hal kurikulum, dalam banyak hal mereka mengikuti kurikulum yang sama yang dipakai disekolah-sekolah negeri dalam negara bagian atau teritorinya.
Pusat Pengembangan Kurikulum (Curikulum Development Centre, DCD) dibentuk oleh pemerintah Commonwealth dalam tahun 1975 untuk membantu mengkoordinasi dan mendiseminasikannya,serta menyiapkan materi kurikulum. tetapi anggaran belanja untuk Pusat Pengembangan Kurikulum ini dikurangi besar sekali jumlahnya pada tahun 1981,sehingga berbagai kegiatannya dihentikan, dan operasinya digabungkan ke dalam kementrian Pendidikan dan urusan pemuda Commonwealth.
Buku-buku pelajaran dan ujian disiapkan oleh berbagai badan termasuk seksi kurikulum departemen pendidikan,Dewan Penelitian Pendidikan Australia (the Australian Council for Educational Research, ACER), pusat pengembangan kurikulum (Curikulum Development Centre, CDC), penerbit buku-buku akademik yang komersial, dan asosiasi guru-guru bidang studi. Pada umumnya, sekolah dan gutu-guru secara individu punya kebebasan memilih bahan atau materi pelajaran. Otonomi ini di dukung dengan pengalokasian dana ke sekolah sehingga dengan itu bahan dan buku-buku pelajaran dapat dibeli secara langsung.
Oleh karena terdapat variasi dalam hal tangung jawab pengembangan kurikulum, maka terdapat pula perbedaan dalam pengimplementasiannya. Dalam hal kurikulum disusun berdsarkan pedoman dan materi pelajaran dari pusat,pejabat-pejabat senior dari pusat secara teratur mengunjungi sekolah-sekolah antara lain untuk memonitor pelaksanaa kurikulum. Pada negara-negara bagian yang kurikulumnya disusun berdasarkan tujuan umum yang ditetapkan oleh pusat, tugas pejabat yang berkunjung lebih bersifat memberi nasehat atau saran, sementara tugas utama memonitor implementasi kurikulum diserahkan kepada kepala sekolah. Dalam sistem dimana kurikulum sekolah disusun sendiri oleh sekolah, seperti pada ACT, mekanisme yang dikembangkan adalah sekolah mengusahakan akuntabilitas dan kompatibilitas antar program-program sekolah. 
Tanggung jawab tentang metodologi pengajaran pada prinsipnya terletak pada masing-masing guru dan sekolah. Pada ummnya format format pengajaran pada pendidikan dasar ialaha seorang guru memegang satu kelas, tetapi ada kecenderunganm terjadi variasi pengelompokan kelas. Sama halnya di sekolah menengah,hampir semua siswa tetap berada dalam kelompok-kelopok umur yang bersamaan, dan mereke di ajar oleh guru-guru bidang studi, dan ada pula kecenderungan untuk mengelompokkan siswa tidak berdasarkan kesamaan umur (horizontal age grouping) tetapi beda umur (vertical age grouping), diajar oleh tim gutu (team teaching), dan siswa dikelompokkan dalam format-format kecil.
Masalah kurikulum yang krusial dalam sistem pendidikan Australia terletak terutama pada isi kurikulum (kurikulum content),yaitu menentukan isi kurikulum yang cocok untuk masyarakat. Hal ini timbul disebabkan oleh perubahan yang terjadi dalam masyaraka Australia dan komposisi penduduk. Lebih sulit memperoleh kesepkatan tentang isi kurikulum saat ini di bandingkan dengan masa sebelumnya karena masyarakat australia yang semakin pluralistik dan sekaligus multikultural. Tidak diketahui dengan pasti bagaimana bentuk masyarakat Australia di masa datang.kesulitan ini makin lebih terasa pada tingkat pendidikan menengah karenakurikulum akademik yang harus dipersiapkan bagi siswa yang akan terus ke pendidikan tinggi; ini dipandang oleh sebagian ahli sebagai yang tidak tepat untuk banyak siswa.
Ujian kenaikan kelas dan Sertifikasi , Selama bertahun-tahun sistem pendidikan Australia menggunakan sistem penilaian eksternal yang ekstensif untuk menentukan kualifikasi siswa dan pemberian sertifikat atau diploma. Sesudah Perang Dunia II hsmpir semua ujian eksternal ini dihapuskan, dan pada pendidikan dasar dan menengah, yang paling banyak dilakukan ialah kenaikan kelas siswa atas dasar usia. Hampir pada semua sistem, sekolah punya tanggung jawab melakukan untuk setiap level setiap tahun kecuali pada tingkat akhir pendidikan menengah disaat ujian eksternal di laksanakan. Pada hampir seluruh sistem sekolah, sertifikat pertama yang diterima siswa adalah pada akhir tahun pendidikan ke-10 berdasarkan penilaian internal sekolah. Pemberian sertifikat yang lebih tinggi diberikan pada tahun pendidikan ke-12, pada umumnya berdasarkan ujian eksternal. Pada ACT dan negara bagian Queensland, ujian internal sekolah yang sudah terakreditasi adalah sebagai pengganti ujian eksternal pada tahun pendidikan ke-12.[4]
Untuk masuk ke universitas dan CAE pada umumnya diperlukan kwalitas performansi tertentu pada tahun pendidikan ke-12,walaupun kebanyakan institusi memberikan kriteria tersendiri bagi orang-orang dewasa yang kebetulan tidak memenuhi persyaratan formal. Masuk ke TAFE dimungkinkan setelah menamatkan pendidikan 10 tahun dengan hasil yang memuaskan.
Masalah yang terdapat dalam sistem ujian dan kenaikan kelas antara lain adalah mendapatkan keseimbangan antara ujian internal sekolah dan kesulitan belajar-mengajar yang mungkin muncul dalam kenaikan kelas otomatis berdasarkan usia.
Penelitian Pendidikan berkembang cukup pesat antara tahun 1960 dan 1980 karena berbagai faktor. Pertama, jumlah lembaga pendidikan tinggi dan staf akademiknya meningkat cukup besar, terutama pada bidang pendidikan guru. Sebagai contoh, pada tahun 1960,jumlah staf alademik purna waktu di universitas hanya 70 orang,tetapi pada tahun 1980 jumlah itu meningkat sepuluh kali lipat. Kedua,terbentuknya asosiasi peneliti profesional,dan Asosiasi Penelitian Pendidikan Australia (Australian Association for Research in Education,AARE) pada tahun 1970 yang memberikan stimulasi atas kegiatan penelitian. Ketiga, terus meningkatnya bantuan dana dari pemerintah untuk penelitian.
Oleh karena hampir semua penelitian pendidikan dilakukan oleh staf akademik dan mahasiswa pascasarjana pendidikan tinggi, maka banyak kegiatan penelitian itu mengikuti selera dan interes pribadi peneliti, dan oleh karena itu sulit untuk dikategorisasikan. Badan Penelitian dan Pengembangan Pendidikan (Education Research and Development Committee,ERDC) mengkordinasikan penelitian dengan pengidentifikasian bidang prioritas yang akan didukung dananya oleh pemerintah. Proyek-proyek penelitian yang mendapat dukungan ERDC adalah induksi bagi guru-guru, multikulturalisme,pendidikan bagi siswa-siswa cacat fisik, penelitian atau ujian berbasis sekolah, kelas dan sekolah di arena terbuka,dan pendidikan transisi.
Kebijakan di bidang pendidikan agama, Sekolah Islam bukanlah sesuatu yang baru dalam sejarah Islam Australia. Bersamaan dengan pertumbuhan Islam dan masyarakat muslim di Benua Kanguru, lembaga pendidikan Islam, sejak ninforma seperti ‘Sarturday or Sunday School’  pngajian anak-anak pada Sabtu dan Minggu sampai sekolah Islam terus berkembang. Istilah ‘Madrasah’ tidak populer dan hampir tidak digunakan sebagai salah satu bentuk lembaga pendidikan Islam.
 Sudah menjadi komitmen universitas di seluruh Australia yang selalu berusaha memastikan bahwa para mahasiswa mereka yang beragama Islam sebagaimana dengan mahasiswa-mahasiswa dengan latar belakan budaya lain, untuk memperoleh kebebasan dalam menjalankan agama mereka masing-masing di dalam area kampus. Umumnya di setiap universitas dibentuk wadah pendukung dan social yang khusus ditujukan untuk membantu mahasiswa muslim di Australia, selain itu juga hadirnya perkumpulan-perkumpulan mahasiswa international yang umum. Orang Australia bangga akan percampuran multi budaya di kota-kota mereka.
Menurut Abdullah Saeed guru besar dan Direktur Centre for the Study Contemporary Islam, Universitas Melbourne, dalam bukunya Islam in Australia  (2003), di seluruh Australia terdapat 23 sekolah Islam; 16 di antaranya adalah 'Islamic college', yang pada dasarnya merupakan pendidikan prauniversitas. Selanjutnya, Profesor Saeed menjelaskan, semua sekolah Islam ini telah terakreditasi dan diakui Pemerintah Australia. Dan karena itu, dalam satu dan lain hal, sekolah-sekolah ini mendapat subsidi dari Pemerintah Australia.
Di antara sekolah-sekolah Islam tersebut, yang paling populer adalah King Khalid Islamic College (berdiri 1983) dan Minaret College (1993), keduanya berada di Melbourne. Kedua sekolah Islam ini seperti juga sekolah-sekolah Islam umumnya didirikan dan dikelola para migran Muslim di Australia dengan juga melibatkan tokoh-tokoh Muslim di luar Australia.
 Semua sekolah Islam tersebut pada dasarnya sudah menerapkan kurikulum negara bagian sesuai dengan standar nasional dalam mata pelajaran-mata pelajaran umum. Dengan demikian, mereka mendapatkan akreditasi dari badan akreditasi, dan selanjutnya berhak menerima subsidi dari pemerintah. Akan tetapi, seperti diungkapkan Professor Saeed, bahwa berbagai mata pelajaran agama (Islam) tidak memiliki kurikulum dan standar baku. Tidak ada otoritas di kalangan Muslim Australia yang merumuskan kurikulum mata pelajaran agama. Hasilnya, masing-masing merumuskan sendiri kurikulum berbagai mata pelajaran agama.
Sistem Pendidikan di Indonesia
Dalam undang-undang Sisdiknas tahun 2003 disebutkan bahwa, pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermatabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.
Berdasarkan UU Sisdiknas No.20 Tahun 2003, jenjang pendidikan di Indonesia ada 3yaitu:
1.  Pendidikan dasar;
2.  Pendidikan menengah;
3.  Pendidikan tinggi.
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya dan masyarakat. Pendidikan meliputi pengajaran keahlian khusus dan juga sesuatu yang tidak dapat dilihat tetapi lebih mendalam, yaitu pemberian pengetahuan, pertimbangan dan kebijaksanaan. Salah satu dasar utama pendidikan adalah untuk mengajar kebudayaan melewati generasi.
Di Indonesia, jenjang pendidikan adalah tahapan pendidikan yang ditetapkan berdasarkan tingkat perkembangan peserta didik, tujuan yang akan dicapai, dan kemampuan yang dikembangkan. Pendidikan di Indonesia mengenal tiga jenjang pendidikan, yaitu pendidikan dasar (SD/MI/Paket A dan SLTP/MTs/Paket B), pendidikan menengah (SMU, SMK), dan pendidikan tinggi. Meski tidak termasuk dalam jenjang pendidikan, terdapat pula pendidikan anak usia dini, pendidikan yang diberikan sebelum memasuki pendidikan dasar.
a.       Pendidikan Dasar
Pendidikan ini merupakan pendidikan awal selama 9 tahun pertama masa sekolah anak-anak, yaitu di Sekolah Dasar (SD) dan Sekolah Menengah Pertama (SMP). Pada masa ini para siswa mempelajari bidang-bidang studi antara lain: - Ilmu Pengetahuan Alam - Matematika - Ilmu Pengetahuan Sosial - Bahasa Indonesia - Bahasa Inggris - Pendidikan Seni - Pendidikan Olahraga. Di akhir masa pendidikan di SD, para siswa harus mengikuti dan lulus dari Ujian Nasional (UN) untuk dapat melanjutkan pendidikannya ke SMP dengan lama pendidikan 3 tahun.
Pendidikan Dasar merupakan jenjang pendidikan yang melandasi jenjang pendidikan menengah. Pendidikan dasar berbentuk Sekolah Dasar (SD) dan MAdrasah Ibtidayah (MI) atau bentuk yang sederajatserta Sekolah Menengah Pertama (SMP) dan Madrasah Tsanawiyah (MTs). Akhir kelas enam siswa harus mengikuti Ujian Nasional sebagai syarat untuk mengikuti SMP/MTs.
b.      Pendidikan Menengah
Pendidikan menengah merupakan lanjutan pendidikan dasar, terdiri atas pendidikan menengah umum dan pendidikan menengah kejuruan. Pendidikan menengah berbentuk Sekolah Menengah Atas (SMA), Madrasah Aliyah (MA), Sekolah Menengah Kejuruan (SMK), dan Madrasah Aliyah Kejuruan (MAK), atau bentuk lain yang sederajat. 
c.       Pendidikan Tinggi
Pendidikan tinggi adalah jenjang pendidikan setelah pendidikan menengah yang mencakup program sarjanamagisterdoktor, dan spesialis yang diselenggarakan oleh perguruan tinggi. Jenjang pendidikan tinggi di Indonesia terdiri dari beberapa macam dimana, pendidikan tinggi merupakan jenjang pendidikan setelah pendidikan menengah yang mencakup program pendidikan diploma, sarjana, magister, special dan doctor yang diselenggarakan oleh perguruan tinggi (UU, Sisdiknas, pasal 19:2003) Perguruan tinggi dapat berbentuk:
1.      Akademi (lembaga pendidikan tinggi, kurang lebih 3 tahun lamanya, yg mendidik tenaga profesional;
2.      Politeknik (pendidikan professional yang diarahkan pada kesiapan penerapan keahlian tertentu);
3.      Sekolah tinggi (menyelenggarakan pendidikan akademik dalam lingkup satu disiplin ilmu pengetahuan);
4.      Institut (organisasi, badan, atau perkumpulan yg ber-tujuan melakukan suatu penyelidikan ilmiah);
5.      Universitas (perguruan tinggi yg terdiri atas sejumlah fakultas yg menyelenggarakan pendidikan ilmiah dan/atau profesional dl sejumlah disiplin ilmu tertentu).
Perguruan tinggi berkewajiban menyelenggarakan pendidikan, penelitian dan pengabdian kepada masyarakat. Perguruan tinggi dapat menyelenggarakan program akademik, profesi dan vokasi (UU, Sisdiknas, pasal 20:2003). Kerangka dasar dan kurikulum pendidikan tinggi di Indonesia dikembangkan oleh perguruan tinggi yang bersangkutan dengan mengacu pada standar nasional pendidikan untuk setiap program studi. Dimana kurikulum pendidikan tinggi wajib memuatkan pendidikan agama, pendidikan kewarganegaraan dan bahasa.
Berbeda dengan sekolah menengah, perguruan tinggi menerapkan sistem kredit semester (SKS). Di perguruan tinggi, seorang mahasiswa jika dapat menghabiskan jumlah kredit mata kuliah yang ditargetkan dan dapat menempuhnya dalam waktu tertentu sesuai dengan rencana yang diprogramkan, mahasiswa tersebut dapat menyelesaikan pendidikan tinggi Strata 1 (S1) dalam waktu 4 tahun. Namun bila tidak sanggup karena banyak mengulang mata kuliah yang rendah nilainya atau karena cuti, waktu yang ditempuh untuk diwisuda sebagai seorang sarjana bisa lebih dari 4 tahun. Kalau ia berhasil wisuda dan berniat melanjutkan studi lanjut, masih ada dua tahap dalam pendidikan tinggi yang dapat ditempuhnya, yaitu jenjang S2 atau Magister yang normalnya ditempuh selama 2 tahun, dan jenjang Ssedangkan S3 atau doctor yang efektifnya ditempuh selama 2 tahun, sedangkan sisanya untuk penelitian. Apabila seluruh tahap pendidikan tinggi ini ditempuh, diberi gelar doctor untuk bidang yang dipilih.
C. Perbandingkan Pendidikan di Australia dan Indonesia

NO
AUSTRALIA

INDONESIA

New South Wales,Victoria, Tasmania, dan Australian Capital Territory
Queensland, AustraliaSelatan, Australia Barat, Northern Territory

1
Primary School (6 Tahun)

Junior Secondary School (4 tahun)
Primary School (7 Tahun)


Junior Secondary School(3 Tahun)
Pendidikan dasar  9 tahun (SD 6 Tahun dan SMP 3  Tahun)

2.
Senior High School (2 Tahun)
Senior High School (2 Tahun)
Pendidikan Menengah  3 tahun (SMA, MA, SMK, dan MAK )
3.

Diploma
(1 tahun)

Associate degree, advanced diploma
(1,5 tahun)

Bachelor degree (Gelar Sarjana Muda)
(3 tahun)

Graduate certificate
(6 bulan)

Graduate diploma
(1 tahun)

Gelar Masters / Magister
(1–3 tahun)

Gelar doktor (3+ tahun)


Ahli Madya, Diploma 3 (D3)


Sarjana, Diploma 4 (D4)


Sarjana, Strata 1 (S1)



Magister, Strata 2 (S2)

Doktor, Strata 3 (S3)








Selain dari jenjang pendidikan, beberapa perbandingan dari pendidikan yang ada di Australia dan Indonesia antara lain adalah:
1.      dilihat dari bobot dan tingkat kesulitan materi pelajaran, standar pendidikan dasar di Indonesia jauh lebih tinggi. Jika di Indonesia, siswa-siswa kelas dua SD sudah mendapatkan banyak pelajaran dan berbagai pekerjaan rumah serta ulangan atau ujian, tetapi siswa-siswa setaraf kelas 1 – 2 SD di Australia belum diwajibkan untuk membaca. Bahkan di Indonesia, siswa TK nol besar diwajibkan lancar membaca dan berhitung, apalagi jika orangtua mereka berniat mendaftarkan mereka ke Sekolah Dasar unggulan yang diwajibkan mereka lolos ujian tulis sebagai syarat pendaftaran masuk. Sungguh berbeda sekali dengan di negeri yang terkenal dengan binatang kangguru ini. Pendidikan di TK seperti istana bermain dimana mereka bebas bermain, mengembangkan kreatifitas dan bersosialisasi. Pendidikan dasar di Australia lebih ditekankan sebagai pondasi untuk belajar mengenal diri sendiri, lingkungan serta pengembangkan sikap (character building). Mengajarkan hal-hal sederhana secara praktis lebih ditekankan dibanding teori-teori di kelas. Karena itu, tidak heran jika di Australia, sering terlihat siswa-siswa SD yang sedang belajar mengukur kepadatan mobil di jalan raya atau di lain waktu mereka tengah melakukan kegiatan di luar kelas (excursion), seperti ke pasar, perkebunan, peternakan kadang mereka belajar juga mengantri, melakukan transaksi jual beli dan sebagainya. Sebuah pengajaran yang aplikatif serta bisa langsung diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.
2.      Dalam hal penilaian (assessment). Berbeda dengan di Indonesia yang mewajibkan para siswa untuk menempuh ulangan-ulangan sebagai persyaratan untuk naik kelas. Di Australia tidak ada siswa yang tidak naik kelas. Memang ada ujian nasional seperti UAN di Indonesia, yaitu tes standar nasional dikenal dengan istilah NAPLAN (National Assessment Program Literacy and Numeracy) yaitu tes nasional yang dilakukan serentak di Australia untuk menguji kemampuan membaca, menulis dan berhitung sebagai persiapan memasuki Year 10 (setara dengan kelas I SMU).
Walaupun standar materi pelajaran untuk pendidikan dasar di Indonesia tampak jauh lebih tinggi dibandingkan dengan Australia, namun ketika memasuki tingkat perguruan tinggi, tampak negeri kita lebih tertinggal dibandingkan Australia. Selain disebabkan karena peralatan teknologi yang lebih canggih dan lengkap, fasilitas-fasilitas penelitian yang lebih memadai, juga faktor mahasiswa yang telah memiliki pengembangan karakter (character building) yang kuat, fondasi sikap yag tertanam sejak dini di pendidikan dasar sangat mempengaruhi kesuksesan masa depan mereka, seperti kemandirian, jujur, kreatif, inovatif, serta berpikir kritis (critical thinking).
3.      Pemberian reward (penghargaan) terhadap usaha siswa sangat dijunjung tinggi, baik dalam bentuk verbal maupun non-verbal seperti ucapan pujian ‘well done’, ‘excellent’, dsb. Yang lebih menarik lagi di SD, setiap ada siswa yang berbuat baik atau melakukan usaha keras, mempunyai keberanian yang positif, akan memperoleh reward berupa sertifikat-sertifikat kecil (school rewards) yang nanti jika telah terkumpul sepuluh sertifikat, akan diumumkan di acara assembly, yaitu acara yang diselenggarakan tiap dua minggu sekali untuk pengembangan bakat seni para siswa. Di acara tersebut, masing-masing kelas menampilkan kreatifitas seperti menyanyi, menari, drama, dsb. Hal yang istimewa lagi, pada school awards juga ditulis hal-hal baik yang telah dilakukan anak didik, seperti menolong teman yang jatuh, berani berbicara di depan kelas, jujur, empati, dan perilaku positif lainnya yang dilakukan siswa. Di sinilah terlihat betapa pengembangan karakter (character building) dan kecerdasan emosi (emotional equvalence) sangat ditekankan dalam pendidikan dasar. Penghargaan dan feedback yang positif ini juga tertulis di dalam raport siswa. Jadi penilaian pada rapost siswa di Australia adalah berbentuk narasi, bukan dalam bentuk angka-angka seperti pada sekolah di Indonesia.
4.      Suasana belajar di sekolah-sekolah dasar di Australia terlihat sangat kondusif. Beberapa hal yang menunjang proses pembelajaran adalah jumlah siswa di dalam kelas yang tak lebih dari 20 siswa, media, kumpulan portofolio, dan alat-alat peraga pembelajaran yang lengkap, dinding kelas yang ‘ramai’ ditempeli dan digantung berbagai macam gambar, tulisan, hasil karya siswa maupun media buatan guru. Kebanyakan dinding kelas sekolah di Australia dilapisi papan lunak (softboard), sehingga dapat digunakan untuk menempel hasil karya siswa dan media belajar. Hal ini jarang terlihat di kelas sekolah di Indonesia yang terlihat ‘bersih’ dan tampaknya masih kurang media serta alat peraga yang dapat meningkatkan motivasi belajar siswa. Selain itu, jumlah siswa yang sedikit ini memungkinkan bentuk formasi bangku yang diatur melingkar sehingga para siswa dapat belajar, berdiskusi dalam kelompok juga bersosialisasi. Namun bisa kita pahami, hal ini kurang bisa diterapkan di semua sekolah di Indonesia yang lebih banyak memiliki kelas-kelas besar, karena jumlah penduduk yang jauh lebih besar dibandingkan Australia.
5.      Dari segi tenaga pendidik, guru-guru di Australia amat disiplin. Para guru diwajibkan datang ke kelas sebelum murid-murid masuk. Hal ini tampaknya tengah digalakkan di Indonesia. Dengan adanya morning briefing bagi para guru sebelum masuk ke kelas tentu sangat baik untuk meningkatka kedisiplinan bagi tenaga pengajar dan juga sebagai sarana mendiskusikan persoalan-persoalan dalam proses belajar mengajar.
6.       Tidak adanya Pendidikan Agama di Australia.[5]
D. Komentar Penulis
Seiring dengan pesatnya peerkembangan pendidikan di Australia hampir      seluruh Negara dibagian Eropa dan Asia menuntut ilmu di Negara kanguru ini dan menjadi penduduk mayoritas di Australia.
Dalam hal manajement pendidikan Australia cenderung desentralisasi otoriter memberikan wewenang  kepada pemerintah Negara bagian dan territory, bahkan tingkat yang lebih rendah para staf. Sehingga dalam hal manajemennya kepala pemerintah pusat (Commonwealth) tidak begitu turun tangan.
Hal lain yakni pembentukan kurikulum tidak jauh beda dengan manajement pendidikannya, sehingga kurikulum yang di berikan harus dapat beradaptasi untuk memenuhi tuntutan dan kebutuhan lokal. Masalah ke depannya dalam menentukan isi kurikulum sulit memperoleh kesepakatan di mana masyarakat yang semakin pluralistik.
 


[2] Makalah Perbandingan Pendidikan (Sistem Pendidikan di Australia).html,29sept 2015
[4]D’Cruz J.,and Langford P. (Eds.),1990.Issues in Australia Education. Melbourne:Longmart Cheshire.
[5] http://www.idseducation.com/articles/perbandingan-sistem-pendidikan-di-australia-dan-indonesia/

1 komentar: